Skip to main content

Harga Membaik, Rumput Laut dari Papua Barat Diburu Industri

By May 4, 2018Asiki News

Petani rumput laut di Kabupaten Fak-Fak saat melakukan pengeringan. DUTA/istimewa

 

SURABAYA | duta.co – Rumput laut eucheuma cottonii dari Papua Barat mulai merambah pasar Pulau Jawa. Salah satu pembeli asal Surabaya yakni PT Phoenix Jaya sudah melakukan pembelian dan melakukan pembayaran, beberapa hari lalu.

PT Phoenix Jaya melakukan pembelian rumput laut dari para petani yang ada di Kabupaten Fak-Fak.

“Pembayaran sudah kami lakukan secara transfer dengan harga Rp 18.500 per kilogram melalui pendamping program pembangunan desa mandiri (PPDM) di Kabupaten Fak-Fak,” ujar CEO PT Phoenix Jaya, Go Junaedi dalam rilisnya kepada DUTA, Senin (30/4).

Lebih jauh, Go Junaedi mengatakan, setelah tansaksi dengan petani Kabupaten Fak-Fak ini, pihaknya juga siap dan segera akan menampung hasil dari kelompok tani dari beberapa kabupaten di antaranya Yapen, Kaimana dan Raja Ampat.

“Pengiriman selanjutnya diperkirakan paling kurang satu kontener bermuatan 12 ton akan sampai lagi ke Surabaya,” tandasnya.

Salah seorang petani perempuan asal Kabupaten Fak-Fak,  Adanas Suaery mengatakan kegembiraannya setelah menerima realisasi transfer pembayaran tersebut.

“Walau terdapat terdapat sedikit penyusutan setelah pengeringan dan timbang ulang oleh pembeli, kami telah menerima langsung pembayaran rumput laut dengan harga Rp 18.500 per kilogram,” kata Adanas yang juga sebagai pendamping petani rumput laut.

Sebagai catatan, secara nasional pada tahun lalu pemerintah memang secara gencar menargetkan produksi rumput laut nasional dapat tumbuh 11,8% per tahun.

Industrialisasi dan zonasi produksi rumput laut tengah dilakukan di berbagai wilayah Indonesia.

Dari pantauan Program Pembangunan Desa Mandiri (PPDM) ditemukan kisaran harga normal di pasaran saat ini antara Rp 12.000 hingga Rp 20.000 per kilogram rumput laut.

Beberapa konsumen mengaku pernah membeli dengan harga Rp 24.00- per kilo pada bulan-bulan tertentu.

Sementara para petani mengaku, harga jual hasil panen mereka hanya dihargai pada kisaran Rp 5.000 ribu hingga Rp 8.000 saja untuk setiap kilogram rumput laut mereka.

Saat ini Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), melalui PPDM berupaya pendampingan secara terpadu.

Bukan hanya aspek teknis, tapi juga aspek non teknis kelembagaan, pemberdayaan hingga mendorong penguatan pemasaran hasil budidaya dan pengolah komoditi Kelompok Tani.

PPDM turut berupaya melakukan penguatan BUM-Kam (Badan Usaha Milik Kampung) di provinsi Papua dan Papua Barat.

PPDM sangat menekankan pentingnya upaya-upaya yang lebih mendasar, terutama dalam pemberdayaan masyarakat.

Program ini berupaya memperkuat kapasitas masyarakat desa, yang di Papua dan Papua Barat disebut kampung. Khusus untuk rumput laut, perputaran uang saat panen hanya memerlukan total waktu sekitar 40 hingga 45 hari.

Secara signifikan, ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani rumput laut di berbagai kampung, selama petani lebih berdaya dan tidak hanya dijadikan sapi perah produksi.

Direktur Pendayagunaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Teknologi Tepat Guna (TTG) dari  Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Mayarakat Desa (PPMD) Kemendes PDTT, Suprapedi menjelaskan  pihaknya tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi dan nilai jual produk di hilir.

Tapi juga sangat serius untuk meningkatkan kualitas produksi di hulu dengan tidak mengabaikan petani.

“Kita harus berpihak kepada petani dan nelayan yang selama ini telah bekerja keras dengan segala tantangan dan resikonya,” katanya.

Ditambahkannya, pihaknya juga melakukan pendekatan ekstra untuk memperbaiki pola rantai niaga yang memberi dampak pada peningkatan kesejahteraan petani.

“Kita memfasilitasi berbagai terobosan, termasuk untuk perluasan pasar komoditi pertanian dan budidaya, demi peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan di Tanah Papua,” tambahnya.

Hal ini sebetulnya sejalan dengan upaya solusi bagi permasalahan klasik yang dihadapi para petani agar dapat keluar dari belenggu pengijon dari para tengkulak.

Sejalan dengan itu, Anastutik Wiryaningsih, Kepala Sub Bidang TTG dari Direktorat Pendayagunaan SDA dan TTG, Ditjen PPMD, yang juga sebagai Manager Program PPDM  mengatakan berbagai kegiatan PPDM difokuskan kepada pemberdayaan kelompok tani.

Dikatakannya, pihaknya juga turut serta dalam penguatan kapasitas kelompok tani dan aparat kampung dari berbagai distrik yang tersebar di Provinsi Papua dan Papua Barat.

“Intinya, kita tidak ingin berbagai industrialisasi komoditi pertanian dan perikanan yang memiliki nilai tinggi, jangan sampai mengabaikan pemberdayaan dan kesejahteraan mereka,” tambahnya. end

Source :

Leave a Reply