“Lalu kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,12 persen, kelompok transportasi, komunikasi, dan jas keuangan 0,09 persen dan kelompok kesehatan 0,03 persen”
Kepala BPS Papua, Simon Sapari di Jayapura, Rabu menyebut dari tujuh kelompok pengeluaran baran dan jasa di Merauke, hanya kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi 0,64 persen, sementara lainnya justru inflasi.
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Merauke 2017 yaitu sebesar 0.98 persen, kelompok Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,48 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,19 persen.
“Lalu kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,12 persen, kelompok transportasi, komunikasi, dan jas keuangan 0,09 persen dan kelompok kesehatan 0,03 persen,” ucapnya.
Menurut dia, pada tahun lalu Merauke mengalami delapan bulan inflasi dan empat bulan deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada Maret yaitu sebesar 1,24 persen, sedangkan deflasi terendah pada Juli sebesar 1,5 persen.
Simon memaparkan komoditas-komoditas dominan penyumbang inflasi selama 2017 adalah, tarif listrik, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, udang basah dan lain-lain.
“Sedangkan komoditas-komoditas yang dominan menahan laju inflasi selama 2017 adalah, mujair, bawang merah, angkutan udara, cabai rawit, bawang putih dan lain-lain,” ujarnya.
Inflasi di Merauke selama 2017 yang sebesar 1,25 persen menempati urutan ke-20 secara nasional dan ketujuh untuk wilayah Sulampua (Sulawesi, maluku dan Papua). (*)